Pelestarian Kesenian
Sesepuh Desa Mojodeso telah membuat beberapa simbol sebagai pelajaran atau lebih tepatnya pesan wasiat kepada generasi penerus. Tugu Payung adalah sebuah perlambang bahwa siapapun yang menjadi pemimpin desa ini haruslah mampu mengayomi atau memberikan rasa aman dan nyaman kepada seluruh isi desa ini. Tugu Payung ini sampai sekarang masih berdiri megah di pintu masuk pusat Pemerintahan Desa Mojodeso. Dulu pintu masuk itu terbangun gapura dengan gambar singa kembar yang berarti desa ini beserta warganya haruslah mempunyai kewibawaan yang akan disegani oleh desa-desa yang lain. Di pintu masuk yang lainnya tergambar dua ekor naga kembar yang melambangkan kesuburan dan kemakmuran Desa Mojodeso. Kedua lambang gerbang tersebut masih tetap dijaga keaslian budayanya hingga saat ini. Setiap tahunnya Desa Mojodeso mengadakan acara Kirab Bedol Tugu Payung Desa Mojodeso yang menampilkan reka ulang sejarah dengan menggunakan kesenian barongan dan dikenal dengan kesenian tradisional khas Desa Mojodeso yaitu Kesenian Barong Singo Nogo. Kesenian tersebut kerap kali ditampilkan pula untuk acara besar desa. Biasanya ditampilkan di depan panggung apresiasi desa yang diberi nama Panggung Apresiasi Sasono Pupo Kencono. Pada bagian kanan dan kiri panggung juga terlukiskan simbol Tugu Payung dengan 2 Naga Kembar serta di kiri panggung terlukiskan simbol Singa. Lukisan tersebut juga dibuat oleh seniman desa secara langsung.
Selain kesenian Barong Singo Nogo tersebut di Desa Mojodeso juga terdapat kesenian hadrah, oklik, campursari, karawitan dan Kesenian Bantengan. Kesenian tersebut biasanya ditampilkan setiap ada hari besar desa, acara desa, atau bahkan melayani apabila ada warga desa yang menginginkan kesenian tersebut menampilkan pertunjukan pada acara pribadinya seperti nikahan, khitanan, atau bahkan syukuran.